Indonesia secara geografis sebagai negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan jumlah pulau sekitar 17.508 dan panjang pantai kurang lebih 81.000 km. Kondisi tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki potensi sumberdaya pesisir dan jasa ekosistem yang sangat besar. Kawasan pesisir menyediakan sumberdaya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, mineral, energi dan pariwisata. Ekosistem pesisir merupakan suatu kesatuan yang integral dari komponene hayati (organisme hidup) dan non hayati (fisik lingkungan), hal tersebut sangat mutlak dibutuhkan oleh manusia untuk hidup dan meningkatkan kesejahteraannya.
Diketahui bahwa kawasan pesisir memiliki tiga ekosistem penting, yaitu; ekosistem mangrove, padang lamun dan terumbu karang. Ekosistem ini membangun sistem fungsional secara biologis, fisik dan kimia (Dahuri, 2003). Ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang selain menjadi sumber energi dan nutrient bagi lamun dan terumbu karang juga menjadi habitat dari berbagai biota laut untuk mencari makan, tempat pembesaran, berlindung, termasuk bagi spesies ikan langka dan terancam punah (Kusmana, 1995; Utina dan Alwiah, 2007; Utina, 2012). Mengatasi isu lingkungan khususnya pemanasan global dan perubahan iklim bumi maka hutan mangrove dan hutan gambut patut dijaga kelestariannya. Hutan mangrove di ekosistem lahan basah memiliki potensi menyimpan karbon yang tinggi pada substrat dan vegetasinya, sehingga kawasan ini menjadi perhatian negara-negara di dunia dalam program pengurangan emisi gas karbon ke atmosfer.
Selain hal tersebut di atas, potensi vital lainnya yang dimiliki oleh kawasan pesisir adalah kearifan lokal masyarakat pesisir yang unik pada setiap wilayah. Kearifan lokal tersebut turut memberikan pengaruh yang signifikan pada keberlanjutan kawasan pesisir yang lestari. Kearifan lokal juga dapat menjadi bagian dari komponen antropogenik dalam ekosistem. Masyarakat Bajo pesisir misalnya, memiliki kearifan lokal berupa pengetahuan, kebiasaan dan ritual yang berakar dari kedekatan etnis tersebut dengan alam laut dan pesisir yang tentunya mengandung nilai-nilai konservasi bagi sumberdaya alam pesisir. Hal tersebut sejalan dengan konsep dalam ekologi yakni saling berhubungan secara timbal balik faktor biotik, abiotik dan culture. Manusia adalah bagian dari alam dan ekosistem, tindakan dan perilaku manusia akan berdampak pada perubahan lingkungan.
Provinsi Gorontalo yang merupakan bagian dari wilayah Indonesia memiliki kawasan pesisir yang cukup luas, dan secara geografis terletak di bagian utara dan selatan. Kondisi tersebut menjadikan provinsi ini memiliki komoditas dan hasil produksi yang tinggi yang berasal dari kawasan pesisir, misalnya komoditas perikanan.
Adanya fakta tersebut di atas tentunya sangatlah mutlak untuk mempertahankan kawasan pesisir untuk tetap lestari dan berkelanjutan baik keberdaannya maupun jasa ekologi yang dihasilkan oleh kawasan pesisir tersebut. Kondisi ini memerlukan keterlibatan perguruan tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa perguruan tinggi yang merupakan bagian utama dalam peningkatan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan yang berkelanjutan, memiliki tanggung jawab dalam menentukan arah kemajuan bangsa. Tanggung jawab tersebut terwujud dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Pengkajian dan implementasi hasil riset dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat yang fokus pada ekologi pesisir, biodiversitas, konservasi sumberdaya alam dan peran masyarakat pesisir pada lingkungan hidup telah lama dilakukan oleh staf pengajar dan mahasiswa jurusan Biologi UNG. Menyadari betapa pentingnya pengkajian ekologi pesisir dan implementasinya bagi pengembangan ilmu dan pembangunan kesejahteran manusia maka dibentuk kelompok keahlian dosen ekologi dan lingkungan hidup jurusan Biologi UNG serta pendokumentasian berbagai hasil karya dosen bersama mahasiswa terkait penyelamatan ekosistem pesisir dan pemberdayaan masyarakat. Kelompok keahlian dosen ekologi dan lingkungan hidup ini secara lintas ilmu ekologi dan sumberdaya pesisir yang kemudian pada tahun 2012 membentuk Pusat Kajian Ekologi Pesisir berbasis Kearifan Lokal jurusan Biologi Universitas Negeri Gorontal, disingkat PKEPKL UNG, dan dikukuhkan dengan surat Keputusan Rektor Universitas Negeri Gorontalo.